Kamis, 19 November 2020

Cerita Sambung - Asmara Seorang Pendaki bag 3 (Tamat)

    Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Fitri pun datang di mulailah percakapan dua orang tersebut. Rio yg merasakan kegundahan dalam hati nya akan perasaan nya terhadap Tiwi meminta pendapat dari Fitri. "Mas lebih baik anda bicarakan saja kepada Tiwi supaya mas tau jawaban nya daripada mas harus menunggu seperti ini, yang ada hanya menambah beban mas sendiri" ucap Fitri. Rio yang merasa termotivasi oleh ucapan kawan nya itu mulai menyusun rencana untuk menemui Tiwi di rumahnya. 
    Suatu ketika di pagi yang cerah Rio memacu kendaraan nya menuju rumah nya Tiwi untuk sekedar menemui dan mengajak refreshing. 2 jam perjalanan sampai lah di rumah Tiwi. Sambutan hangat keluarga Tiwi menghangatkan pagi yg dingin itu. Nampak Tiwi dan Hani sedang duduk di sofa ruang tamu. Rio pun ikut serta di sana dan mulai berbincang bincang dengan ke dua nya. Saling tanya kabar karena lama tak berjumpa. 
    Tak lama berselang datang lah Maya teman dari Tiwi yang mengajak mereka untuk jalan jalan ke gunung telomoyo melalui jalur motor. Tanpa berpikir panjang mereka ber empat pun segera pamit kepada orang tua Tiwi untuk berangkat ke telomoyo.
    Pagi yang cukup cerah menemani perjalanan mereka namun ketika sampai di puncak tiba tiba kabut cukup tebal menyambut kehadiran mereka. Dingin mulai menembus ke tulang. Secangkir kopi menemani obrolan mereka di sana.
    Dalam benak Rio terbesit akan nasihat dari Fitri untuk bicara kepada Tiwi. Langsung di ajak nya Tiwi ke suatu tempat yang cukup jauh dari teman" nya yang asyik foto di sela sela kabut. "Tiwi, aku pengen omong sesuatu" ucap Rio. "Omong apa mas ?" Tanya Tiwi dengan wajah yg serius. 
"Tiwi sudah sejak dulu aku pengen ngomongin hal ini sama kamu,tp aku malu untuk mengungkapkan nya, kalo sebenarnya aku suka sama kamu, aku ingin kamu jadi pendamping aku kelak"
Terkejutlah Tiwi mendengar ucapan Rio.
"Mas, maaf bukan nya aku tidak suka dan tidak mau tapi aku udah anggap mas seperti kakak ku sendiri toh aku juga masih belum pengen untuk punya pasangan mas, sekali lagi maaf ya mas" jawab Tiwi.
    Berkecamuk lah segala rasa di hati Rio rasa lega,kecewa,menyesal semua nya bercampur jadi satu. Namun Rio dengan tegas menerima jawaban itu dengan baik. Meskipun setelah saat itu hubungan mereka jadi sedikit berbeda. Tapi Rio tetap berusaha untuk menjaga silaturahmi terhadap Tiwi.
    Sore pun tiba dan sudah saat nya untuk Rio kembali pulang karena tanggungjawab pekerjaan sudah menantinya. Setelah istirahat sejenak di rumah Tiwi, Rio pun pamit untuk kembali pulang. Di pacu sepeda motor nya dengan hati yang sedikit kecewa Rio pulang kembali ke kotanya. 
    Hari terus berganti bulan terus berlalu namun Rio masih tetap setia dengan kesendirian nya. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari Tiwi akan tetapi mereka masih berhubungan baik satu sama lain. Namun kini Rio tengah berjuang untuk memapan kan dirinya. Ia tengah fokus untuk warung nasi goreng yang dia buat bersama teman nya. Tak lagi terfikirkan dalam benak nya untuk mencari pendamping. 
    Di suatu ketika ia mendapat undangan untuk datang ke sebuah acara camp oleh suatu komunitas pendaki. Rio pun berangkat ke acara tersebut tanpa di sengaja ternyata Tiwi dan teman teman nya juga ada disana mereka pun saling nostalgia karena sudah cukup lama tidak berjumpa. Di sela sela gurauan mereka nampak lah dua orang gadiis yang baru tiba dan akan mendirikan tenda. Mereka nampak kebingungan untul mendirikan tenda itu. Rio yang melihat nya lalu mendatangi mereka dan menawarkan diri untuk membantu nya. "Boleh kah saya bantu mbak ?" Tanya Rio. "Boleh mas saya juga agak kesusahan mendirikan nya" jawab gadis itu dengan senyum di wajah nya.
    10 menit berlalu tenda sudah berdiri Rio pun mengajak kenalan gadis itu, ia bernama Rani. Singkat cerita sampai selesai acara Rio pun mulai meminta nomor dari gadis itu. Dan ternyata di kasih lah oleh gadis itu. Sungguh senang hati Rio. Mereka pun mulai saling berkabar lewat media. Hari terus berganti benih benih cinta mulai tumbuh pada kedua nya.
    Rani mengajak Rio untuk mendaki gunung prau. Tanpa berpikir panjang Rio pun segera memenuhi permintaan pujaan hati nya. Hari itu telah tiba mereka berdua melakukan pendakian ke gunung prau. Suka duka perjalanan mereka lewati bersama sampai tiba di tempat camp mereka pun mendirikan tenda dan bermalam di sana.
    Pagi mulai tiba udara dingin merasuk ke tulang. Rani yg terlihat menggigil kedinginan langsung di pakaikan jaket milik Rio. Kedua nya saling menatap satu sama lain. Dan Rio pun ingin mengungkapkan apa yg ada di hati nya. "Manis sekali senyum gadis ini, andai aku bisa mendapatkan hati nya tak kan ku sia sia kan dia" ungkap Rio dalam hati. "Peka sekali orang ini, cowok sepeka dia sudah jarang ku temui, apa mungkin ini takdir buat ku?" Ucap Rani dalam hati sambil masih menatap mata Rio. 
    "Ran, ayo bikin sarapan dlu baru nanti kita foto foto" ajak Rio memecahkan imajinasi mereka. "Ayo mas" sahut rani.
    Mereka berdua pun mulai memasak untuk sarapan. Setelah selesai mereka foto foto dan kembali ke tenda. Rio yang udah gak kuasa menahan gejolak hati nya langsung menggenggam tangan Rani sambil berkata "Rani,maaf kalo saya terlalu cepat buat omong hal ini, tapi saya sudah tak kuasa lagi, aku ngerasakan kenyamanan saat ada di samping kamu seakan aku tak mau jauh dari mu,,, Rani aku ingin kamu lah yang menjadi pendamping hidupku nanti,, bagaimana apa kah kamu bersedia menerima cinta dari ku ?". Sangat terkejut Rani mendengar kata" itu ucapan yang sangat di tunggu akhir nya di ucapkan oleh Rio. 
    Rani tersenyum seraya menganggukkan kepalanya tanda ia menerima Rio sebagai pendamping nya. Reflek Rio pun memeluk Rani dengan erat begitu pula Rani membalas pelukan Rio dengan erat juga.
    3 bulan berlalu setelah pendakian itu Rio pun menikahi Rani dan mereka berdua hidup bahagia bersama. (Tamat) 


Nb : cerita ini hanya lah fiktif namun ada beberapa hal baik karakter tokoh maupun hal lain nya yang di ambil dari pengalaman pribadi penulis. Semoga terhibur.
Salam Lestarii